Minggu, 17 Juni 2012

KAMU BERADA DI KELAS YANG MANA?


Semalam saya terkesan sekali dengan kata-kata pak Mario mengenai takdir. Tema Golden Ways pada waktu itu adalah “aku tidak takut lagi”. Ada seorang audiens bertanya mengenai katakutannya terhadap masa depan anak-anaknya menghadapi lingkungan yang semakin lama semakin mengkhawatirkan. Sebuah jawaban diplomatis diungkapkan pak Mario. Bukankah Tuhan sudah menetapkan takdirnya mengenai jodoh, rezeki, dan maut?
            Mengenai jodoh, bagaimana jika Tuhan berkata. Jika kamu berada di sini, maka jodohmu adalah si A, kemudian pak Mario menggeser tempat berdirinya dan mengatakan, Jika kamu berada di sini, maka jodohmu adalah si B, kemudian pak Mario menggeser lagi tempat berdirinya. Jika kamu berada disini, maka jodohmu adalah C. Jadi Tuhan sudah menentukan jodoh kan? Tapi tidak cuma satu. Tergantung kamu berada pada posisi yang mana. Jika lelaki baru lulus kuliah menyatakan cinta pada wanita kaya, cerdas, dan memiliki status social yang tinggi yang kemudian menolaknya itu wajar tidak? Wajar, karena kelasnya berbeda. Maka naikkan kelasmu hingga sejajar dengan kelas wanita itu. Kalau perlu lebih tinggi. Tanpa menyatakanpun, wanita itu akan mengejarmu.
            Mengenai rezeki, dan maut pun, pak Mario Teguh menganalogikan dengan cara yang sama. Kalau kita ada di kelas ini, maka pantasnya diberi rizki segini, begitupun kalau berada di kelas yang lain. Kematian juga, kalau mau bisa kok dimajukan. Bunuh diri saja loncat dari lantai 20.
            Hmmm,… terus terang itu membuat saya berfikir. Apa betul jika ada seseorang yang mengucapkan “ada sesuatu yang tidak bisa kita ubah”. Kalimat itu betul pada sebuah konteks, tapi tidak betul pada konteks yang lain. Apa yang kita dapat, itu juga tergantung dari perilaku, cara pandang, usaha, dan potensi kita. Yang pasti, jangan sampai kita disebut “sudah kalah sebelum berperang”.
            Jika tadi letak jodoh juga berdasarkan kelas, sebuah pernikahan juga bisa jadi berdasarkan kelas juga. Sepasang suami istri itu adalah satu team. Antara keduanya masing-masing harus saling bersinergi. Jika salah satu tumbuh, yang satunya harus ikut tumbuh juga. Jika salah satunya tak mau dan tak bisa ikut tumbuh, maka tidak akan balans. Dan ketika pasangan itu tidak lagi balans, jika dianalogikan sebuah meja, maka meja itu akhirnya akan miring. Jika sebuah meja miring, apalagi jika pinggirnya tak ada list nya, maka jika menaruh apapun akan jatuh. Akhirnya dikembalikan pada masing-masing pasangan, mau tetap bertahan dengan kemiringan meja, atau melepaskan diri mencari kaki meja yang sesuai dengan kelasnya dengan harapan suatu saat meja itu akan mampu menampung dan tidak menjatuhkan benda-benda yang berdiri diatasnya.
            Masalahnya sering kita tidak tahu berada di kelas mana kita. Tingkatan kelas, tak melulu bisa dilihat dari harta, tahta, atau status sosial dan pendidikan. Budaya, perilaku, kebiasaan, atau apapun itu bisa jadi sangat mempengaruhi tingkatan kelas kita. Dan itu terkadang baru terasa atau diketahui setelah menghadapi kehidupan yang sebenarnya yaitu didalam biduk rumah tangga.
            Tak hanya itu, tak jarang didalam sebuah rumah tangga antara suami istri terlihat “seperti” ada ketimpangan. Si suami adalah orang yang tampan, popular, pintar, dan mapan. Si istri pendiam, punya tingkat ketergantungan tinggi, dan penurut. Kesannya timpang dan orang akan selalu mengatakan “betapa beruntungnya sang istri punya suami seperti itu”. Pernikahan mereka berjalan cukup lama dan rukun. Dilain pihak ada juga yang terlihat seperti “serasi”. Suami istri sama-sama cantik dan tampan, sama-sama popular, sama-sama pekerja keras dan sukses di karier, tapi rumah tangga hanya berjalan seumur jagung. Lalu apa yang salah?
            Meski pada akhirnya bisa dianalisa sebab akibatnya, namun baru bisa dianalisa setelah semuanya berjalan. Akhirnya jika semuanya sudah terjadi, manusia hanya bisa mengambil pelajaran dari kisah hidupnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tak ada pilihan lain bagi manusia selain untuk tetap maju apapun yang terjadi dimasa lalu.
            Jadi di kelas manakah kita sekarang? Hanya kita dan Allah yang tahu. Jangan anggap kelas hanya berdasarkan harta, karena hartapun suatu saat bisa habis. Jangan anggap kelas hanya berdasarkan pada status social, karena status sosialpun bisa rusak karena riwayat yang buruk. Jangan anggap kelas hanya berdasarkan pada budaya, karena budaya bisa runtuh dengan ilmu dan cinta. Jalani saja hidup dengan pertumbuhan yang maksimal dan tetap mempertahankan idealisme positif, maka “kelasmu” akan datang dengan sendirinya. Wallahualam.  

Senyummu, Mengalihkan Duniaku

Dulu sewaktu kecil ayah saya selalu mengatakan pada saya "dunia itu tak seramah orang tua mu". Asal tahu saja, dulu dimata saya, ayah adalah orang yang paling menakutkan. Beliau melotot saja, jantung saya sudah berdegub kencang sekali. Dan kalau beliau marah, tak ada yang bisa saya lakukan kecuali diam seribu bahasa. Meskipun begitu, beliau adalah orang yang penyayang. Selesai beliau memarahi saya dan saya sudah berhenti menangis, beliau selalu memeluk dan menasehati saya tentang kesalahan saya. Kalau sudah begitu, agak lega hati saya.d
Ketika saya sudah besar dan merantau ikut dengan suami, saya baru benar-benar sadar tentang kebenaran dari ucapan ayah saya. Segalak-galaknya ayah saya, beliau melakukan itu dalam konteks sayang pada saya. Ia ingin saya bisa menjadi wanita mandiri dan terarah. Dan setiap kemarahan orang tua saya, selalu diakhiri dengan kasih sayang. itulah bedanya kemarahan orang tua saya dibanding kemarahan dunia pada saya. Kemarahan dunia sifatnya panjang, dan belum tentu memiliki ending sesuai yang diharapkan. Terkadang, tetesan air mata meski sudah ditahan sekuat mungkin, tetap harus mengalir meski perlahan dan menyesakkan dada.
Tapi syukurlah dibalik kejamnya dunia, selalu ada senyum-senyum kecil ramah yang mampu meluluhkan hati dan memberi motivasi kuat. Senyum yang polos itu, jangan  sampai redup oleh kejamnya dunia. Tapi meski begitu, jangan jauhkan senyum itu dari dunia, karena biar bagaimanapun kelak mereka mau tidak mau harus menghadapi kejamnya dunia.
Mari kita ajarkan anak-anak kita tuk selalu tersenyum meskipun dunia mencemoohnya. Mari kita ajarkan anak-anak kita tertawa meskipun dunia menangisinya. Mari kita ajarkan anak-anak kita melangkah, meskipun dunia menghalanginya.
Itulah makanya, Senyummu, mampu Mengalihkan Duniaku. 

Kamis, 14 Juni 2012

Ketika Cinta Bertasbih


Bertuturlah cinta,
Terucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku padaMu

Bisikan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku padamu Maha Cinta
Sudah diubun-ubun
Cinta mengusik rasa
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit

Reff :
Ketika cinta bertasbih nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud syukur padaMu atas segala cinta, cinta

Selasa, 12 Juni 2012

Jodoh itu apa sih?

Jodoh itu apa sih?
Seperti apa sepasang kekasih baru bisa dikatakan berjodoh?
Bisakah tanpa cinta pasangan disebut berjodoh?
Banyak orang bilang, yang namanya jodoh itu urusan Allah. Pasangan baru dikatakan berjodoh jika akhirnya mereka menikah. Kalau tidak menikah namanya tidak berjodoh.
Barusan saya mendapatkan definisi lain dari salah seorang peramal yang menggunakan kartu tarot. Saya melihatnya di acara show Imah yang tayang hari ini. Menurutnya, menikah atau tidak itu urusan masing-masing pasangan. Jodoh menurut dia adalah adanya benang merah yang menyatukan antar pasangan, yang walaupun terpisah maka kelak akan kembali lagi.
Ah,... kalau menurut saya, jodoh atau tidak jodoh, atau belum berjodoh itu tidak perlu terlalu dipersoalkan atau digelisahkan. Yang perlu digelisahkan adalah bilamana belum menikah tetapi sudah melakukan dosa. Kenapa? karena menikah atau tidak itu urusan waktu dan takdir. Tidak ada manusia yang tahu masa depan di dunia. Yang pasti, neraka itu ada. Dan manusia akan dibangkitkan setelah meninggal kelak. Setelah meninggal, apa ya manusia masih sempat mengurusi masalah cinta atau jodoh? malah bahkan lupa saking ngerinya melihat malaikat penjaga kubur.
Hiiiiii,... ayooo banyak-banyak bertobat.
Manusia tempat salah dan khilaf. Tak ada manusia yang sempurna. Mari kita saling mengingatkan satu sama lain. Jangan meremehkan orang lain, karena belum tentu orang yang kita remehkan lebih buruk dari kita. Belum tentu juga jika kita berada pada posisi dia, kita tidak akan melakukan dosa yang sama.
Jika mencintai namun belum mampu menikah, bersabarlah. Biarlah cinta itu ada, tanpa melakukan apapun yang mampu merusak dan melukai kemurnian cinta. Jika sudah mampu, maka segeralah menikah.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mampu menikmati cinta dan memanfaatkan cinta sebagai anugerah yang mencerahkan dan membahagiakan orang-orang disekitar kita. Amin.    

Berikan Satu Senyum

Kasih,
Tahukah kau?
Dihatiku, engkau adalah matahari
Bersinar, dan menjaga jiwaku tetap hangat di dinginnya hujan salju
Menurutmu mungkin sinarmu akan redup meski ada sejuta payung menghalangimu?
Menurutmu mungkin panasmu akan hilang meski ada sebongkah es bertahan disisiku?
Sudahlah,
Janganlah terus kau menyalahkan diri
Tetaplah menjadi matahari yang mampu memberikan terang bagi cintamu
Berikan satu senyum untukku, agar hatimu menjadi lapang dan terang
 

Siapa Sih Orang yang Paling Menderita Sedunia?

Pada kenyataannya, hidup sering kali tak sejalan dengan keinginan kita. Tak jarang bahkan yang kita hadapi adalah sesuatu yang sangat kita benci. Itu saya alami sendiri.
Dulu saya adalah seorang wanita yang memiliki idealisme yang lumayan tinggi. Saya selalu berfikir jauh ke depan, bahkan mungkin terlalu jauh. Jika kejadiannya A, maka biasanya nanti akan B. Jika orang yang punya karakter C maka biasanya nanti hidupnya akan D, dan lain sebagainya. Mungkin karena itulah Allah menegur saya. Allah menegur karena kesombongan saya. Saya diberikan "takdir" dengan sesuatu yang saya benci. Sesuatu yang dulu saya kira saya tidak mampu hidup dengan orang yang punya karakter seperti "itu". Nyatanya saya mampu dan bertahan hingga 6 tahun lebih. Subhanallah. Banyak pelajaran kehidupan yang saya ambil selama masa itu.
Saya masih ingat, dulu dan bahkan sampai sekarang tujuan hidup saya adalah menjadi wanita yang paling bahagia dunia akhirat. Saya tidak mau menjadi wanita yang paling menderita sedunia bagaimanapun kondisinya. Apa bisa harapan saya terwujud?
Pada kenyataanya hidup tak seindah dongeng, atau cerita masa lalu. Dalam hidup selalu tak lepas dari ujian. Lalu dimana letak kebahagiaan?
Kebahagiaan terletak dihati. Seseorang bisa dikatakan bahagia bukan dilihat dari seberapa dan apa yang telah ia dapatkan, tetapi dari bagaimana ia bisa bersyukur dari apa yang telah ia dapatkan.
Meskipun begitu, dalam hidup tidak boleh pasrah dan putus asa. Karena tangan diatas, tetap lebih baik dari tangan dibawah. Pohon beringin yang rindang tetap lebih bermanfaat dan berguna daripada rumput.
Lalu apa ada orang yang paling menderita sedunia? banyak. Bahkan mungkin lebih banyak daripada orang yang paling bahagia. Mau tahu? ciri-cirinya adalah :
1. Ia selalu mengeluh. tak hanya hitungan hari, bahkan di setiap jam, kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya selalu saja keluhan.
2. Ia cenderung lebih suka menyalahkan orang lain tanpa mau introspeksi diri. Paling tidak suka menerima kritikan.
3. Ia selalu berharap pada orang lain. Berharap dikasihanilah, di sayangilah, diperhatikan lah, dan lah-lah yang lain
4. Kata yang sering diungkapkannya adalah "andaikan". Sebuah kata yang sia-sia karena waktu tidak akan pernah berulang
5. Karena ia selalu lebih suka menyalahkan orang lain, ada banyak daftar nama beraport merah di hatinya. hatinya selalu dipenuhi kecurigaan, dan dendem. Meski begitu, ia tak selalu akan menampakkan perasaan yang sebenarnya di depan orang itu, karena ia punya kepentingan di dalamnya.
Pada intinya, ia menjadi orang paling menderita sedunia karena ketidak bisaannya beradaptasi dengan kenyataan. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa hidupnya tidak seperti yang diinginkannya dulu.
Hhh... pasti capai sekali jadi orang yang paling menderita sedunia. Semoga yang membaca artikel ini tidak termasuk- orang-orang yang paling menderita sedunia. Kalaupun sesekali mengeluh, itu wajar, namanya juga manusia, hanya saja usahakan jangan jadi kebiasaan. Oh ya, tak hanya itu. Hindari kata-kata "andaikan", itu adalah kata-kata yang sia-sia dan akan membewa kita pada kesedihan karena sebuah penyesalan. Hadapi saja kenyataan yang ada dan buat solusi dari setiap permasalahan yang ada.  

Minggu, 10 Juni 2012

Yuk, sekolah di TK/SD alam !

Semenjak pindah tinggal di Ungaran, anak saya Ikhsan sekolah di Paud/TK alam Saung Ungaran. Awalnya saya tertarik dengan TK itu setelah melihat blog/website yang direkomendasikan adik saya Jihad. Saya belum tahu apakah di Pontianak sudah ada TK seperti itu atau belum, yang pasti di Ungaran baru ada satu TK Alam.
Seingat saya, dulu ketika di Pontianak Ikhsan agak tidak begitu bersemangat ketika berangkat ke sekolah. Meski bukan saya yang setiap hari mengantarnya ke sekolah, namun beberapa kali saya mengantarnya, ia selalu saja takut kalau ditinggal ibunya. Ia tidak mau masuk kelas dan bahkan menangis. Awalnya saya kira ini hal yang wajar. namanya anak kecil.
Setelah Ikhsan masuk ke TK Alam, ia lebih bersemangat ke sekolah. Ia cerita, pertama kalinya ia masuk TK, ia sudah ikut flaying fox. Meski awalnya takut, akhirnya ia mau naik juga. sluruuuut, meluncur. Ia senang sekali.
Ternyata, palajaran dan kurikulum TK/SD alam berbeda sekali dengan TK/SD atau sekolah pada umumnya. Pendekatan pembelajarannya lebih ditekankan pada pendekatan pada alam, praktik lapangan, bermain sambil belajar. Seperti yang diceritakan gurunya anak-anak TK, pelajaran tiap harinya diantaranya adalah berkebun, rujakan, jalan-jalan disawah, berenang, memasak hasil kebun, dan kegiatan alam lainnya. Tak hanya itu, bagi anak-anak yang mau mereka diperbolehkan berdagang di sekolah saat jam istirahat. Di dalam TK/SD tidak menyediakan kantin. (sebenarnya konsep awalnya setiap murid diarahkan untuk berdagang secara bergantian, praktiknya tidak setiap murid/orang tua mereka rajin menyediakan makanan/minuman untuk didagangkan).
Di Saung, satu kelas maksimal berisi 10 orang. (satu guru bertanggung jawab pada 10 orang). Jadi masing-masing murid benar-benar diperhatikan oleh gurunya.
Pada kenyataannya seperti yang sering diceritakan adik saya, murid-murid yang disekolahkan di Saung beberapa diataranya yang memiliki karakter dan kepribadian unik. Unik disini karena punya latar belakang yang lain dari yang lain. Ada yang pemurung karena mengelami depresi akibat masal lalunya, ada yang sampai SD kelas 4 kurang bisa membaca namun cepat dalam menghitung, dan berbagai macam keunikan lainnya. Setiap sabtu, para guru selalu berkumpul untuk membahas cara menangani para muridnya. Adik saya pernah bilang, "Di Saung lah aku pernah bertemu dengan berbagai macam karakter anak, dari yang normal sampai yang unik". Di TK/SD lain biasanya tak mau menerima orang-orang "unik" ini. mereka cenderung tertinggal atau sering buat masalah dengan teman-temannya.
Disini saya hanya berbagi tentang pengalaman saya dan anak saya. Saat ini anak saya yang masih duduk di TK kecil sudah mulai saya didik berwirausaha. Awalnya dia sendiri yang mau, mungkin karena ia tahu ibunya biasa berdagang. Ia ingin berdagang juga di sekolah.
Mendidik anak berwirausaha sejak dini itu menurut saya sangat penting. Berwirausaha itu butuh mental yang kuat dan keberanian yang tinggi. "haram" hukumnya bagi saya melarang anak untuk tidak "berusaha" hanya karena alasan gengsi. Salah, jika orang tua selalu mendoktrin anak dengan ketakutan-ketakutan yang bersifat duniawi. Anak hanya boleh takut pada Allah. Itu saja.
Semoga kita termasuk orang tua yang mendukung dan mendidik perkembangan jiwa dan mental anak kita. Karena anak adalah investasi yang tak ternilai harganya. Jangan kita merusak hidup anak kita karena kesalahan didik kita. Mari kita belajar, dan belajar terus menjadi orang tua yang baik, agar anak kita bisa melihat dunia dengan indah dan semangat tinggi menjadi sebaik baik manusia. Amin.