Minggu, 17 Juni 2012

Senyummu, Mengalihkan Duniaku

Dulu sewaktu kecil ayah saya selalu mengatakan pada saya "dunia itu tak seramah orang tua mu". Asal tahu saja, dulu dimata saya, ayah adalah orang yang paling menakutkan. Beliau melotot saja, jantung saya sudah berdegub kencang sekali. Dan kalau beliau marah, tak ada yang bisa saya lakukan kecuali diam seribu bahasa. Meskipun begitu, beliau adalah orang yang penyayang. Selesai beliau memarahi saya dan saya sudah berhenti menangis, beliau selalu memeluk dan menasehati saya tentang kesalahan saya. Kalau sudah begitu, agak lega hati saya.d
Ketika saya sudah besar dan merantau ikut dengan suami, saya baru benar-benar sadar tentang kebenaran dari ucapan ayah saya. Segalak-galaknya ayah saya, beliau melakukan itu dalam konteks sayang pada saya. Ia ingin saya bisa menjadi wanita mandiri dan terarah. Dan setiap kemarahan orang tua saya, selalu diakhiri dengan kasih sayang. itulah bedanya kemarahan orang tua saya dibanding kemarahan dunia pada saya. Kemarahan dunia sifatnya panjang, dan belum tentu memiliki ending sesuai yang diharapkan. Terkadang, tetesan air mata meski sudah ditahan sekuat mungkin, tetap harus mengalir meski perlahan dan menyesakkan dada.
Tapi syukurlah dibalik kejamnya dunia, selalu ada senyum-senyum kecil ramah yang mampu meluluhkan hati dan memberi motivasi kuat. Senyum yang polos itu, jangan  sampai redup oleh kejamnya dunia. Tapi meski begitu, jangan jauhkan senyum itu dari dunia, karena biar bagaimanapun kelak mereka mau tidak mau harus menghadapi kejamnya dunia.
Mari kita ajarkan anak-anak kita tuk selalu tersenyum meskipun dunia mencemoohnya. Mari kita ajarkan anak-anak kita tertawa meskipun dunia menangisinya. Mari kita ajarkan anak-anak kita melangkah, meskipun dunia menghalanginya.
Itulah makanya, Senyummu, mampu Mengalihkan Duniaku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar